Friday, May 19, 2017

Tugas Online 3 Filsafat Manusia

Nietzsche
Nietzsche adalah seorang filsuf yang memiliki pemikiran naturalistic (naturalistic thinker) yang melihat manusia dari insting-insting alamiahnya (natural instincts) yang mirip dengan hewan, maupun makhluk hidup lainnya. Nietzsche menolak konsep filsafat tradisional, seperti kehendak bebas (free will), substansi (substances), kesatuan jiwa, dan lain sebagainya. Nietzsche terkenal sebagai filsuf yang melihat dunia secara positif.

Pemikiran Nietzsche yang paling terkenal antara lain adalah mengenai kehendak untuk berkuasa (the will of power). Ada 3 pengertian dasar mengenai kehendak untuk berkuasa (the will of power), yakni
  • kehendak untuk berkuasa sebagai abstraksi dari realitas,
  • sebagai aspek terdalam sekaligus tertinggi dalam realitas (the nature of realty), dan
  • sebagai realitas itu sendiri (realty as such)

Ketiga makna tersebut dapat disingkat sebagai hakekat terdalam dari alam semesta beserta dengan geraknya yang dilihat dari sisi yang paling gelap. Kehendak untuk berkuasa adalah dorongan yang mempengaruhi dan membentuk apapun yang ada, sekaligus merupakan hasil dari semua proses-proses realita itu sendiri. Dorongan ini tidak dapat ditahan apalagi dimusnahkan karena segala sesuatu yang ada berasal dari padanya. Semua ini terjadi tanpa ada satu sosok yang disebut pencipta, atau subyek agung. Semua ini adalah gerak realitas itu sendiri yang berjalan mekanis, tanpa pencipta dan tanpa arah. Menurut Nietzsche, dunia ini manusia hanya membutuhkan dua hal untuk mendapatkan pengetahuan, yaitu subjektivitas (subjectivity) dan kemampuan untuk menafsir (interpretation).

Pemikiran Nietzsche mengenai kehendak untuk berkuasa bukanlah pandangan dunia yang sistematis. Konsep ini lebih merupakan upayanya untuk menyibak berbagai situasa dalam dunia, dan menemukan yang menjadi dasar dari semuanya. Konsep ini lahir dan berkembang setelah membahas konsep kehendak buta milik Schophenhauer. Kehendak untuk berkuasa mencakup sikap merayakan hidup dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, dan keberpihakan ada energi-energi yang selama ini ditekan oleh agama dan moral tradisional, namun kehendak berkuasa juga bisa dilihat sebagai simbol dari kritiknya terhadap modernitas. Nietzsche mengajak untuk menerima diri kita apa adanya, tidak menolak, atau bahkan mengutuk kekuasaan yang sesungguhnya merupakan dorongan alamiah kita sebagai manusia. Dengan penerimaan semacam ini, kekuasaan tidak lagi menjadi destruktif, tetapi bisa didorong sebagai kekuatan untuk mencipta.

No comments:

Post a Comment